Kamis, 24 November 2011

Chairul Tanjung - Dokter Gigi yang Gak Pernah Praktek

Mendengar nama Chairul Tanjung, bayanganku langsung terkenang dengan Alm. Papa, Azwar Tanjung. Ternyata ada salah satu orang terkaya di negeri ini yang bermarga sama dengan keluargaku.
Hmmmm.. cukup bangga dan sangat memberi motivasi kepadaku, bahwa kesuksesan tidak hanya dapat diraih oleh etnis tertentu saja, tapi bisa  ke semua orang. Semua itu tergantung dari kemauan seseorang untuk bekerja keras, tidak gampang menyerah dan selalu mempelajari kesalahan agar selalu menjadi lebih baik.

Kisah perjalanan Chairul Tanjung menuju kesuksesan:


Apa jadinya jika seorang calon dokter gigi justru merambah bisnis televisi? Jika ingin tahu jawabannya, lihatlah sosok Chairul Tanjung (CT), pebisnis asli pribumi yang kini namanya berkibar dengan grup TransTV dan Trans7. Berkat kesulitan ekonomi yang menderanya, termyata hal tersebut justru menjadi bekal mengasah ketajaman insting bisnisnya.

Saat kuliah di Fakultas kedokteran gigi Universitas Indonesia, pada periode tahun 1980-an, ia memang harus memenuhi kebutuhan kuliahnya sendiri. Meski terlahir dari keluarga yang cukup berada, karena perubahan keadaan politik, keluarganya terpaksa menjalani kehidupan seadanya. Dari rumah yang tergolong besar, mereka harus menjualnya, dan menyewa sebuah losmen yang sempit.

Namun ternyata, kesulitan ini justru membuat CT membulatkan tekadnya untuk kembali berjuang meraih kesuksesan, "Saya bercita-cita menjadi orang besar." Maka lepas dari SMA Boedi Utomo Jakarta, ia pun masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi UI. Kesulitan biaya kuliah membuatnya harus kreatif mencari dana untuk meneruskan sekolahnya. Maka, kelahiran Jakarta, 18 Juni 1962 ini pun lantas memulai bisnis kecil2an. Mulai dari berjualan buku kuliah stensilan, kaos, sepatu dan aneka barang lain dikampus dan kepada teman-temannya. Dari modal usaha itu, ia berhasih membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di daerah Senen Raya, Jakarta. Sayang, karena sifat sosialnya - yang sering memberi fasilitas kepada rekan kuliah, serta sering menraktir teman - usaha itu pun bangkrut.

Namun rupanya, menjadi pebisnis telah memikat hatinya. Walau bangkrut, ia justru langsung mencoba usaha lain, kali ini di bidang kontraktor. Meski kurang berhasil, ia merasa mendapat banyak pelajaran dari bisnis-bisnis yang pernah ditanganinya. Dari bekal pengetahuan itu, ia memberanikan diri mendirikan CV pertamanya pada tahun 1984 dan menjadikannya PT pada tahun 1987. Dari PT bernama Pariarti Shindutama itu, ia berkongsi bersama 2 rekannya mendirikan pabrik sepatu. Kepiawaiannya menjaring hubungan bisnis langsung membuat sepatu produksinya mendapat pesanan sebanyak 160ribu pasang dari pengusaha Italia. Dari kesuksesan ini, bisnisnya merambah ke industri genteng, sandal dan properti. Namun ditengah kesuksesanya itu, rupanya mengalami perbedaan visi dengan kedua rekannya. Maka ia pun memilih menjalankan sendiri usahanya.

Ternyata, ia justru bisa makin berkembang dengan berbagai usahanya. Ia pun lantas memfokuskan usahanya ke tiga bisnis inti, yakni: keuangan, properti dan multimedia. Melalu tangan dinginnya, ia mengakuisisi sebuah bank kecil yang nyaris bangkrut, Bank Tugu. Keputusan yang dianggap kontroversial saat itu oleh orang dekatnya. Namun pengalaman bangkit dari kegagalan rupanya mengajarkan banyak hal. Ia justru mengangkat Bank itu, - setelah mengubah namanya menjadi Bank Mega - menjadi bank papan atas dengan omset diatas Rp 1 Triliun saat ini.

Selain itu, suami dari dokter gigi Ratna Anitasari ini juga merambah bisnis sekuritas, asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Kemudian di bisnis properti, ia juga telah membuat sebuah proyek prestisius di Kota Bandung, yang dikenal dengan Bandung Supermall, dan salah satu usaha yang paling melambungkan namanya yaitu bisnis televisi, TransTV. Pada bisnis pertelevisian ini, ia juga dikenal berhasil mengakuisisi televisi yang nyaris bangkrut TV7, dan kini berhasil mengubahnya jadi Trans7 yang juga cukup sukses.

Tak heran, dengan semua prestasinya, ia layak disebut sebagai "The Risining Star". Bahkan, baru-baru ini, ia dinobatkan sebagai orang terkaya Indonesia, di posisi ke-18, dengan total kekayaan mencapai 450 juta Dollar AS. Sebuah prestasi yang mungkin tak pernah dibayangkannya saat memulai usaha kecil-kecilan, demi mendapat biaya kuliah dulu.

Hal itulah yang barangkali membuat CT selalu tampil apa adanya, tanpa kesan ingin memamerkan kesuksesannya. Selain itu, rupanya ia pun tak lupa pada masa lalunya. karenanya, ia pun kini getol menjalankan berbagai kegiatan sosial. Mulai dari PMI, Komite Kemanusiaan Indonesia, anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia dan sebagainya. "Kini waktu saya lebih dari 50% saya curahkan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan" ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar